Home » » Satu Abad Muhammadiyah, Menuju Organisasi Pencerah

Satu Abad Muhammadiyah, Menuju Organisasi Pencerah


 Muhamad Mustaqim

Kemerdekaan bangsa ini adalah rangkaian mozaik dari perjuangan para pejuang yang tercecer. Para pejuang yang lebih dulu gugur pada masa-masa pra-kemerdekaan memiliki peran penting dalam mengakumulasi gerakan kemerdekaan bangsa ini. Dan Muhammadiyah adalah satu diantara mozaik-mozaik yang telah mewarnai kiprah perjuangan bangsa. Satu abad bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah perjuangan membangun bangsa, bahkan usia tersebut lebih tua dari usia bangsa kita secara de yure.

Pada Minggu, 18 November, genap 100 tahun milad Muhammadiyah. Segala upaya, perjuangan, perlawanan, pencerahan telah dilakukan dalam bingkai kebangsaan. Meskipun lahir dari kota kecil Yogyakarta, namun efek perjuangan telah mampu dirasakan di seluruh penjuru Nusantara. KH Ahmad Dahlan, sosok pendiri Muhammadiyah boleh berbangga diri, melihat perkembangan organisasi berbasis Islam yang sangat pesat ini, setelah 1 abad berlalu. Dan tampaknya juga tidak terlalu berlebihan jika sosok pendiri Muhammadiyah tersebut diberi gelar “sang pencerah”, yang juga diabadikan dalam sebuah film.

Tulisan ini akan mengkaji Muhammadiyah dalam perspektif the outer, dari sudut pandang orang di luar Muhammadiyah. Boleh jadi ada beberapa argumen yang berbeda dengan realitas ril di dalam lapangan, atau ada realitas yang telah berubah, namun ijinkanlah tulisan ini memotret kebesaran Muhammadiyah tersebut dari titik pandang parsial yang bersifat testimonial.

Pertama, Muhammadiyah memberi dasar dalam pendidikan modern. Sejak awal Muhammadiyah memang mengfokuskan perjuangannya dalam dua hal, pendidikan dan kesehatan. Dua hal ini adalah pilar penting dalam kehidupan manusia. Jika kesehatan membangun manusia dari segi fisik-jasmaniyah, maka pendidikan mengisi ranah jiwa-ruhaniyah. Dan terbukti, saat ini Muhammadiyah telah memiliki sistem pendidikan dan kesehatan yang luar biasa maju. Berbagai lembaga pendidikan mulai PAUD sampai Perguruan Tinggi yang dikelola oleh Muhammadiyah menjada lembaga yang favorit dan berkualitas. Demikian juga dalam bidang kesehatan. Bagi kami orang di luar Muhammadiyah, harus belajar banyak dari kesuksesan ini.

Kedua, Muhammadiyah dalam perjalanan sejarahnya, semakin hari semakin menunjukkan watak inklusifitas. Pada masa-masa kelahirannya, Muhammadiyah memang memiliki misi puritanisme, gerakan pemurnian. Kelahiran Muhammadiyah dimulai dari kritisisme sang pencerah terhadap realitas keberagamaan lingkungan sekitar, yang lebih diwarnai dengan praktek animisme dan dinamisme. Perkenalan sang tokoh dengan ajaran Islam di Timur Tengah saat beliau haji, menegaskan kembali akan gerakan pemurnian "wahabime" yang dibawanya. Sehingga hal ini kemudian kerap kali bersinggungan dengan beberapa organisasi Islam tradisionalis. Pengalaman penulis pada saat masih kecil, konflik Muhammadiyah-NU sering kali terjadi hanya karena perbedaan praktik keagamaan, seperti jumlah rakaat tarawih, qunut, tahlil, ziarah kubur, yang berakhir pada stigma bid'ah. Namun kenyataan tersebut saat ini mulai luntur. Muhammadiyah tampaknya mulai bersifat inklusif dan permisif terhadap perbedaan. Bahkan ada beberapa orang muhammadiyah yang kemudian melakukan tahlil, ziarah kubur, dan sebagainya. Ini tampaknya menjadi corak baru keberagamaan Muhammadiyah, di mana toleransi menjadi paradigma dalam bermasyarakat. Ini menurut penulis adalah sebuah pencerahan yang luar biasa.

Ketiga, Muhammadiyah semakin kritis terhadap realitas kebangsaan. Akhir-akhir ini Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi memiliki respons yang kritis terhadap problematika negara. Melalui ketua umumnya, Muhammadiyah berkali-kali melakukan kritik terhadap kebijakan negara. Mulai dari isu kebohongan publik pemerintah sampai gugatan Migas ke meja Mahkamah Konstitusi, yang akhirnya berhasil dikabulkan.

Hal ini tampaknya berbeda dengan perjalanan sejarah Muhammadiyah yang lebih terkesan kooperatif dengan negara. Pada masa kolonialisme Hindia-Belanda, Muhammadiyah lebih bersikap kooperatif dan tidak frontal terhadap pemerintah kala itu. Demikian juga pada masa Orde Lama dan Orde Baru, Muhammadiyah memiliki garis perjuangan yang relatif sejalan dengan negara. Hal ini menjadi preseden baik bagi penguatan civil society dan pengembangan karakter masyarakat. Sehingga Muhammadiyah akan mampu mencerahkan negara dalam menelorkan kebijakan strategisnya.

Sebenarnya masih banyak lagi testimoni, namun tiga testimoni tersebut kiranya mampu merepresentasikan kebesaran Muhammadiyah sebagai organisasi pencerahan. Kedepan jika Muhammadiyah lebih mampu lagi melakukan gerakan strategis yang bermisi kemashlahatan ummat, maka predikat sebagai organisasi pencerah akan sangat tepat untuk disandangkan. Satu abad adalah waktu yang sangat cukup untuk memberi pondasi bagi kokohnya organisasi yang lebih progresif. Selamat Milad ke 100 Muhammadiyah, semoga masyarakat Indonesia semakin tercerahkan.

Muhamad Mustaqim
Dosen STAIN Kudus, aktif di kajian Sosial “The Conge institute”
Share this article :
0 Comments
Tweets
Komentar
KUNJUNGI http://edukasioner.blogspot.com UNTUK MENDAPATKAN BERAGAM INFORMASI LENGKAP SEPUTAR DUNIA PENDIDIKAN


 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. SD MUHAMMADIYAH 3 PAGARALAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger